Misteri Iman kepada Yang Ghaib: Rahasia Ketauhidan dalam Islam
Allah, Tuhan Semesta Alam yang Ghaib
Sejak awal, Al-Qur’an sudah memperkenalkan Allah sebagai Tuhan semesta alam (Qs. Al-Fatihah: 2) dan Pemilik hari pembalasan (Qs. Al-Fatihah: 4). Ini menunjukkan bahwa Allah bukan hanya Tuhan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Di surat Al-Baqarah ayat 2-3, dijelaskan bahwa ciri utama orang bertakwa adalah beriman kepada yang ghaib. Baru setelah itu disebutkan keimanan kepada kitab-kitab dan hari akhir (Qs. Al-Baqarah: 4).
Apa Itu ‘Yang Ghaib’?
Beriman kepada yang ghaib artinya percaya pada hal-hal yang tidak bisa dideteksi oleh pancaindra, termasuk keberadaan Allah sendiri.
Meskipun tidak bisa dilihat, diraba, atau didengar secara langsung, kita tetap meyakini kehadiran dan kekuasaan Allah. Inilah bentuk keimanan sejati yang membedakan antara keyakinan dan sekadar penglihatan fisik.
Godaan Menyembah Tuhan yang Tampak
Sayangnya, sepanjang sejarah manusia, selalu ada kecenderungan untuk menyembah tuhan yang bisa dilihat wujud fisiknya. Hal ini sudah terjadi sejak masa Nabi Ibrahim a.s., ketika beliau menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya, termasuk berhala buatan ayahnya sendiri.
Begitu juga pada masa Nabi Musa a.s., saat umatnya—yang sebelumnya telah menyembah Allah—berbalik menyembah patung anak sapi saat Musa pergi. (Qs. Al-Baqarah: 54–56).
Fir’aun dan Musa Sama-Sama Ingin ‘Melihat’ Tuhan
Fir’aun bahkan pernah berkata kepada Haman untuk membangun menara agar dia bisa melihat Tuhan Musa (Qs. Al-Qashash: 38). Bahkan Musa pun, dalam rasa cintanya yang besar, sempat meminta agar bisa melihat Allah (Qs. Al-A’raf: 143). Namun, ketika Allah menampakkan diri ke gunung, gunung itu hancur, dan Musa pun jatuh pingsan.
Kenapa Kita Harus Tetap Beriman Kepada yang Ghaib?
1. Menjaga Kemurnian Tauhid
Iman kepada yang ghaib membantu kita menjaga keimanan dari bentuk-bentuk syirik atau penyembahan kepada makhluk.
2. Tidak Tergantung pada Simbol Fisik
Ketika keimanan tidak bergantung pada simbol-simbol fisik, maka iman itu menjadi lebih murni dan kokoh.
3. Sesuai dengan Petunjuk Wahyu
Al-Qur’an menegaskan pentingnya keimanan kepada yang ghaib sebagai langkah pertama sebelum menerima kitab-kitab dan hari akhir.
Penutup
Beriman kepada yang ghaib bukan hal mudah. Ia menuntut hati yang bersih, pikiran yang jernih, dan jiwa yang tulus. Tapi justru karena tantangan itulah, Allah menjanjikan ganjaran besar bagi mereka yang tetap bertahan dalam keimanan meskipun tak pernah melihat secara langsung.
Mari kita jaga kemurnian tauhid, hindari penyembahan terhadap wujud fisik, dan perkuat keyakinan bahwa Allah yang Maha Ghaib selalu bersama hamba-Nya yang beriman.
Wallahu a’lam bishshawab.

